Thursday, March 10, 2005

Kegelisahan dan Dilema Seorang Jack kepada Sekolah dan Siswa

Ini adalah sebuah penggalan dari ganjalan hati seorang pengajar yang sudah dipendam jauh hingga akan mem'fosil'.
Sudah dua tahun lebih mengajar di sekolah negeri di malang yang dibilang favorit untuk kejuruannya.

Berbagai macam unsur pribadi seorang Jack coba dicurahkan untuk murid2 nya, tapi apa daya kalo semua itu berhadapan pada peralatan yang kelihatannya seadanya, seakan-akan dilupakan (Wallahu bish showab), sesuai dengan sifat dasar manusia, yaitu mudah membuat/pengadaan tapi kadang lupa akan perawatan. Itupun kalau alatnya ada, kalau tidak ada pengadaan terpaksa dibuat 'seadanya' yang penting jalan. Pandangan orang khususnya 'orang yang berpendidikan' atau orang yang mempunyai kekuasaan akan pendidikan, berpendapat bahwa satu alat satu siswa sepertinya akan menjadi impian di siang bolong yang sepertinya sulit untuk diwujudkan, mengingat siswanya kadang dua kali sampai tiga kali lipatnya dari dari jumlah alat yang tersedia. Sebagai seorang yang memberikan ilmu kepada siswanya dengan mengerahkan segala daya upanya agar ilmunya bisa sampai ke siswa, ini merupakan masalah yang
sepertinya menjadi rahasia umum. Sudah beberapa kali para pengajar mengajukan perbaikan sampai pengadaan alat, sampai-sampai kepala sekolah sendiri yang inspeksi terhadap laboratorium yang sangat-sangat-sangat membutuhkan pun sampai sekarang tidak ada hasilnya, hanya mencatat saja, seterusnya tidak ada aksi alias NATO (No Action Talk Only).

Siapakah yang salah?
-Saya, apa mungkin karena kurang bersabar dengan alat yang sangat seadanya?
-Siswa, apa karena salah menaruhkan harapannya terhadap sekolahnya,sehingga menjadi 'nriman'?
-Sarana dan Prasarana, apa karena tidak tidak punya dana? apa menunggu barang yang sangat murah,sehingga kerjanya merasa dihargai kalau nanti bisa mendatangkan keuntungan???!! Apa karena alat mahal karena mutunya bagus?apa karena alatnya murah dengan harapan kualitas juga 'bagus'?
-Kepala Sekolah, apa karena salah penempatan?tidak cocok dengan atmosfer yang baru?apa karena terlalu sibuk untuk mengatasi masalah sekolah kejuruan yang sebelumnya menangani sekolah menengah pertama (SMP)?apa karena mengatasi dua sekolah yang bersamaan?Apa karena kurangnya pengawasan?

Kita tidak bisa menentukan siapa yang salah dalam hal ini, hanya kita sendiri yang harus introspeksi diri kita masing2. Disamping karena kinerja guru menjadi sorotan tajam, tidak semuanya negatif. Apa pernah orang melihat positifnya dari seorang yang rela menghabiskan waktunya sampai sorenya agar praktek bisa lancar dan menyenangkan semua pihak,itupun gratis, karena sekolah tidak mengakui jam lembur, karena akan dianggap jamnya sudah terlalu banyak.. Apa pernah mereka berpikir bagaimana seorang guru dituntut untuk kreatif untuk menangani masalah ini?Apa mereka pernah memperhatikan mereka sendiri?

Kalau nantinya sekolah ini menciptakan tenaga2 yang handal dan berkualitas itupun karena mereka memang aktif dan tidak pantang menyerah menghadapi segala keterbatan yang ada,meskipun mereka harus lari sekuat tenaga mengejar ketertinggalan yang sudah 'tidak kelihatan' dari kejauhan, itupun bisa dihitung jari, tapi bagaimana dengan mereka yang tidak?bagaimana tanggung jawab kita, selaku penyelenggara pendidikan sekolah, di akhirat nanti? Semoga saja siswa yang dididik tahu akan kebenaran dan mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan tidak putus asa.

Semoga saja kita bertemu lagi dikehidupan yang kekal nanti dengan segala kesempurnaan yang sempurna dan keadilan yang seadilnya.

Semoga Allah SWT menolong kita dari segala kesusahan yang menimpa dan memberi jalan keluar, mengampuni dosa kita, sengaja maupun tidak, yang telah kita perbuat..Amin
Iyyaa kana' budu wa iyya kanas ta'in